Minggu, 02 November 2014

untuk dikenang



Ingat aku saat kau lewati
Jalan ini setapak berbatu
Kenang aku bila kau dengarkan
Lagu ini terlantung perlahan

Barisan puisi ini
Adalah yang aku punya
Mungkin akan kau lupakan
Atau untuk dikenang

Ingat aku bila kau terasing
Dalam gelap keramaian kota

Tulisan dariku ini
Mencoba mengabadikan
Mungkin akan kau lupakan
Atau untuk dikenang

Doakan lah aku malam ini
Sebelum kau mengarungi malam

JIKUSTIK

Kamis, 30 Oktober 2014

hidupku

Tersudut pada orbital yg sepi
tanpa sahabat menemani
sirna... semua tereksitasi

andai kumanpu...
Kan kupromosikan elektron hatiku
tuk beri gelombang kebolehjadian
pada hatimu yg mendualisme

namun....
Kuharus ikuti aturan hund di kalbu
sendiri dalam orbital yang sunyi
menanti hadirnya elektron hatimu

kini... Hidupku tlah berubah spin
hingga tak bisa menyatu denganmu
selalu berlawanan arah
meski... Dalam orbital hati yang sama

sahabatku...
Tak dapatkah hati mu mendipol sesaat
dengan induksi senyumku yang menebar
tuk berhibridisasi dengan orbital di hatiku

kesetianmu hanyalah kebolehjadian
kadang kutemukan elektron sayang di kalbumu
namun kadang kau bak pasangan elektron bebas
menjauh dan tak mampuku merengkuhmu

sahabatku...
Kuingin kau berbaur denganku seperti dulu
merangkai orbital hibrida persahabatan yang baru
dalam kuantum hati yang mengharu biru

Jejak pena asaku



Terperosokku dalam sebuah dilema asa
Kesulitan menerima takdir
Itu yang membungkamku
Dari jejalan takdir yang kuratapi
Kutersadar pada dinding kenyataan
Yang membuat bisu tanpa kata berarti

Air mata kujadikan pelampiasan
Atas asaku yang kupasrahkan
Tulisan menjadi tak berarti
Nilai-nilai terpampang mulai luntur

Bersandar di tepi punggung
Kusembunyikan diriku dari kenyataan
Yang mengesalkan sanubariku
Terpojok sendiri, padahal rasa belum tentu pasti
Takdir tuhan kusalahkan
Padahal aku adalah sang pembuat salah

Goresan demi goresan
Kutitahkan pada sang pena
Yang berjalan dengan keputusanku
Dan entah kemana kutorehkan jejak penaku
By: nurmaghfirawati
Catatan kecilku di 16 Mei 2014 pukul 13.00 dibalik kenyataan takdir

Minggu, 26 Oktober 2014

SIMFONI ALAM



Mendengar suara alam
Yang menjadi warna dalam tiap rimbun dedaunan
Yang terhampar rapuh
Dalam horizon lapuk

Hanya sebatang diri
Dikelilingi simfoni mendayu
Mencekam lalu berbisikmeratapi nestapa
Di lingkaran air yang sepi

Sosok yang kucari
mulai kupasrahkan
usaha pun berakhir begini
terlena waktu kujadikan sebab dalm pencaharianku

jejak-jejak jatidiri menghilang
tersapu debu-debu kecil bersinar
ahh.. terhenti lagi
kemudian hening


catatanku di 17 april 2014

By: nurmaghfirawati  

Rabu, 03 September 2014

Ibu



ibu

Ibu merupakan kata tersejuk yang
Dilantunkan oleh bibir-bibir manusia
Dan “ibuku” merupakan sebutan terindah
Kata yang semerbak cinta dan impian
Manis dan syahdu yang memancar dari
kedalaman jiwa
ibu adalah segalanya
ibu adalah penegas kita dikala lara
impian kita dalam rengsa, rujukan kita
dikala nista
ibu adalah mata air cinta,
kemulian, kebahagian dan toleransi.
Siapun yang kehilangan ibunya
Ia akan kehilangan sehelai jiwa yang suci yang
Senantiasa merestui dan memberkati
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa
Ibu
Matahari sebagai ibu bumi yang
menyusuinya melalui panasnya
matahari takkan pernah meninggalkan
bumi sampai malam merebahkannya
dalam lentera ombak, syahdu tembang
beburungan dan sesungaian
bumi adalah ibu pepohonan
dan bebungaan
bumi menumbuhkan,
menjaga dan membesarkannya
pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang
tulus memelihara bebuahan dan bebijian
ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud
penuh cinta dan kedamaian

---Kahlil Gibran—

Dikutip dari buku “puisi cinta: dari sang pencinta sejati”